A. Perjalanan Pendidikan Nasional Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan
Sebelum Kemerdekaan
Para bupati mendirikan sekolah bumiputera pada tahun 1854, terdapat tiga kelas yang diajarkan menulis dan berhitung serta hanya digunakan untuk kepentingan kolonial saja sehingga isinya tidak disesuaikan dengan jiwa raga bangsa Indonesia. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan kolonial tidak menjunjung peri kehidupan bersama karena selalu bergantung pada kaum penjajah.
Source: Klaten Kita - WorPress.com
Selanjutnya, pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hadjar Dewantara memperbarui Pendidikan nasional dengan mendirikan Taman Siswa. Konsep pendidikan beliau adalah “Tri Pusat Pendidikan”. Menurut UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional meliputi tiga hal, yaitu pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat. Ki Hadjar Dewantara juga mencetuskan lima asas pendidikan yang dikenal dengan Pancadharma (asas kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan).
Setelah Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan, pembelajaran yang mengandung paham-paham Belanda dihilangkan. Selanjutnya, pembelajaran dilaksanakan dengan menambahkan budaya bangsa Indonesia yang dapat diwariskan ke generasi berikutnya.
Pada abad ke-21, pendidikan berada pada era globalisasi.
Pada saat ini, diterapkan kurikulum merdeka. Pembelajaran berfokus pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator serta motivator untuk mengembangkan kemampuan siswa. Pembelajaran berfokus pada pengembangan diri siswa untuk menjadikan mereka untuk bersikap kritis, dapat memecahkan masalah, memiliki kecakapan komunikasi, kreativitas dan inovasi, serta kolaborasi dan kerjasama. Sarana utama yang digunakan untuk mencapai pengembangan diri dengan menggunakan teknologi.
B. Langkah untuk Melepaskan Belenggu pada Pendidikan Indonesia
Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara didasarkan pada asas kemerdekaan, memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat.
Maksud dari konsep pendidikan tersebut adalah setiap siswa diberikan kebebasan dalam proses belajar dengan tujuan menciptakan pendidikan yang menyenangkan serta bermakna bagi siswa dan guru. Tentunya kebebasan tersebut dilandaskan dan berdasar pada sikap dan norma yang terkandung dalam Pancasila.
Sejatinya, untuk melepaskan diri dari belenggu tersebut adalah menjadikan guru sebagai fasilitator bagi siswa sekaligus menjadi motivator bagi mereka dalam pengembangan diri, minat, potensi, bakat, dan keahlian yang dimiliki setiap siswa. Hal ini dimaksudkan supaya siswa dapat secara tembimbing dan mandiri mengembangkan potensi diri, menjadi pribadi yang memiliki pemikiran merdeka serta luas wawasannya. Selain itu, guru juga berperan dalam pengembangan karakter siswa menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan Yang Maha Esa, selalu menjunjung tinggi kemanusiaan dan keadilan, memahami dan menjalankan nilai-nilai moral di masyarakat, serta selalu menebar kebermanfaatan bagi sesama.
Refleksi Diri Materi Perjalanan Pendidikan Nasional
Pengetahuan baru yang saya dapatkan adalah mengenai sejarah Perjalanan Pendidikan Nasional. Sebelumnya, pendidikan di Indonesia masih berisi tentang pemahaman-pemahaman Belanda. Namun, seiring berjalannya waktu, para pahlawan pendidikan melakukan pembaharuan pendidikan, para pahlawan pendidikan mulai mengajarkan pendidikan yang mengandung sikap dan norma masyarakat Indonesia. Hingga saat ini, terciptanya student-centered learning yang mengakomodasi siswa menjadi pembelajar merdeka. Para siswa secara mandiri dan merdeka melakukan proses pembelajaran untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki. Guru berperan sebagai fasilitator sekaligus motivator bagi siswa dalam pengembangan diri, minat, potensi, bakat, dan keahlian mereka masing-masing.
Maka dari itu, saya akan menciptakan pembelajaran yang berfokus pada siswa untuk menciptakan pembelajar yang merdeka. Memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik diawal pertemuan sebagai bentuk dari menciptakan pemikiran siswa yang kritis dan berwawasan luas. Memberikan asesmen yang bervariasi untuk mengembangkan potensi, minat, dan keahlian siswa. Serta mengajak siswa untuk berdiskusi dan bekerja secara berkelompok untuk melatih siswa bersosialisasi dan meningkatkan kecerdasan sosial mereka.
Komentar
Posting Komentar